Rabu, 24 Juli 2013

Puasa, Detoks Alami

Setiap makanan yang masuk ke dalam tubuh pasti akan membuat residu atau sisa dari hasil metabolisme. Jadi, mau tidak mau kita perlu melakukan proses detoksifikasi atau pengeluaran racun-racun dalam tubuh agar residu makanan yang menumpuk akan mengakibatkan penyakit.

Sebenarnya tubuh sudah memiliki mekanisme pengeluaran racun sendiri, misalnya dengan berkeringat, buang air kecil, atau buang air besar. Namun mekanisme alamiah ini kadang kala terganggu, misalnya karena kurang makan serat maka kita tidak bisa BAB setiap hari, sehingga racun pun menumpuk. Bayangkan jika gangguan itu terjadi berhari-hari.

Karena itulah para ahli kesehatan menyarankan agar kita melakukan detoksifikasi secara berkala. Proses detoks dapat dilakukan dengan bermacam metode. Banyak ahli gizi yang menciptakan metode detoks dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Salah satunya adalah dengan hanya makan buah-buahan saja selama seminggu.

Namun detoks tidak harus dilakukan dengan metode yang mahal dan menyiksa. Berpuasa pun bisa menjadi salah satu metode detoks yang sekaligus meningkatkan keimanan.

Ahli gizi dan pangan Institut Pertanian Bogor Profesor Made Astawan mengatakan, prinsip detoks yaitu membuang racun-racun yang diproduksi dari hasil metabolisme. Sementara puasa berarti tidak mengonsumsi makanan apapun selama periode waktu tertentu sehingga menyediakan waktu tubuh untuk membuang sendiri sisa-sisa metabolisme tersebut.

"Puasa bisa jadi salah satu sarana detoks yang berguna," ungkapnya dalam seminar kesehatan bertajuk "S.O.D.A (Smart on Doing Activity) - Jangan Takut Makan Enak", Rabu (3/7/2013) di Jakarta.

Menurut Made, puasa merupakan metode detoks yang paling ideal. Pasalnya, orang yang menjalaninya tetap bisa makan di waktu sahur dan berbuka. Berbeda dengan metode yang cukup kompleks seperti cuci usus yang dinilai Made berlebihan.

"Yang penting adalah mengurangi makanan-makanan berat, dan  memperbanyak sayur dan buah. Jadi jangan kalap saat sahur dan berbuka atau puasa tidak akan memberikan efek detoks yang optimal," tutur Made.

Kendati berpuasa satu bulan penuh identik dengan latar belakang agama tertentu, sebenarnya agama lainnya juga memiliki metode puasa sendiri-sendiri. Made mencontohkan, puasa mutih yang hanya makan makanan berwarna putih juga bisa jadi upaya detoks.

Jika dilakukan secara benar, detoksifikasi bisa menghasilkan perubahan yang cukup drastis pada tubuh, antara lain kulit menjadi lebih kencang, tubuh lebih bugar, sehat, daya ingat meningkat, dan gejala pusing dan lemas berkurang.

sumber healthkompas.com

Kenali Perusak Jantung dan Pembuluh Darah

Data Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan 2007 menyebutkan bahwa angka kematian di Indonesia yang diakibatkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) mencapai 31,9 persen. Menjalani gaya hidup sehat adalah satu-satunya cara untuk menghindari penyakit ini.

Menurut dr.Antono Sutandar, Sp.JP dari Siloam Heart Institute Siloam Hospital Kebun Jeruk, Jakarta, sebenarnya penyakit kardiovaskular bisa dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup. Berikut adalah empat hal yang bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

1. Merokok
Kebiasaan merokok turut menjadi penyumbang terbesar kerusakan sistem kardiovaskular. Hal ini karena 60 persen zat kimia dalam sebatang rokok mengandung zat beracun berbahaya, mulai dari nikotin, tar, hingga arsenik. Merokok juga akan mengurangi elastisitas pembuluh darah serta memicu pengerasan pembuluh darah arteri.

2. Kurang sayur dan buah
Sedikitnya kita harus mengonsumsi dua porsi buah dan tiga porsi sayur setiap hari. Kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah juga akan menghindarkan kita dari kegemukan, yang juga menjadi faktor risiko penyakit jantung. Mengurangi kebiasaan makan di restoran cepat saji juga sebaiknya mulai Anda lakukan.  Selain tinggi kalori dan lemak, makanan cepat saji juga umumnya mengandung garam yang tinggi serta minim gizi.

3.  Pemakaian obat terlarang
Pemakaian obat-obatan terlarang seperti kokain dan amfetamin bisa meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sampai tujuh kali lipat. Seperti halnya rokok, zat-zat kimia beracun dalam obat terlarang juga berpotensi menyebabkan endapan dan penyempitan pembuluh darah. Saat pembuluh darah benar-benar tertutup maka jantung akan berhenti bekerja.

4. Kurang berolahraga
Untuk menjaga kebugaran dan kesehatan jantung, sebenarnya kita dianjurkan untuk berolahraga minimal 30 menit saja setiap harinya. Dengan rutin melakukan aktivitas fisik, aliran darah menjadi lebih lancar. Selain itu olahraga juga akan membuat kita terhindar dari kegemukan dan stres.

sumber kompasData Riset Kesehatan Dasar Kementrian Kesehatan 2007 menyebutkan bahwa angka kematian di Indonesia yang diakibatkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) mencapai 31,9 persen. Menjalani gaya hidup sehat adalah satu-satunya cara untuk menghindari penyakit ini.

Menurut dr.Antono Sutandar, Sp.JP dari Siloam Heart Institute Siloam Hospital Kebun Jeruk, Jakarta, sebenarnya penyakit kardiovaskular bisa dicegah dengan melakukan perubahan gaya hidup. Berikut adalah empat hal yang bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

1. Merokok
Kebiasaan merokok turut menjadi penyumbang terbesar kerusakan sistem kardiovaskular. Hal ini karena 60 persen zat kimia dalam sebatang rokok mengandung zat beracun berbahaya, mulai dari nikotin, tar, hingga arsenik. Merokok juga akan mengurangi elastisitas pembuluh darah serta memicu pengerasan pembuluh darah arteri.

2. Kurang sayur dan buah
Sedikitnya kita harus mengonsumsi dua porsi buah dan tiga porsi sayur setiap hari. Kebiasaan mengonsumsi sayur dan buah juga akan menghindarkan kita dari kegemukan, yang juga menjadi faktor risiko penyakit jantung. Mengurangi kebiasaan makan di restoran cepat saji juga sebaiknya mulai Anda lakukan.  Selain tinggi kalori dan lemak, makanan cepat saji juga umumnya mengandung garam yang tinggi serta minim gizi.

3.  Pemakaian obat terlarang
Pemakaian obat-obatan terlarang seperti kokain dan amfetamin bisa meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sampai tujuh kali lipat. Seperti halnya rokok, zat-zat kimia beracun dalam obat terlarang juga berpotensi menyebabkan endapan dan penyempitan pembuluh darah. Saat pembuluh darah benar-benar tertutup maka jantung akan berhenti bekerja.

4. Kurang berolahraga
Untuk menjaga kebugaran dan kesehatan jantung, sebenarnya kita dianjurkan untuk berolahraga minimal 30 menit saja setiap harinya. Dengan rutin melakukan aktivitas fisik, aliran darah menjadi lebih lancar. Selain itu olahraga juga akan membuat kita terhindar dari kegemukan dan stres.

sumber healthkompas.com